NABI Muhammad SAW merupakan sosok uswatun hasanah (teladan yang baik), dapat menjadi panutan bagi orangtua dalam mendidik anak-anak. Demikian dikatakan oleh Wakil Ketua Majelis Dakwah dan Pendidikan Islam (Madani) Ustadz Ainul Yaqin.
Menurutnya, cara mendidik anak seperti yang diajarkan oleh Rasulullah memiliki nilai akhlaktul karimah. “Semua langkah-langkah Nabi Muhammad adalah kebaikan dan keindahan. Termasuk pendidikan maha luhur terkait bagaimana mendidik anak-anak beliau menjadi generasi sukses dunia akhirat,” katanya kepada Okezone belum lama ini.
Lalu bagaimana cara Nabi Muhammad sang Rasulullah mendidik anak agar sukses dunia akhirat? Untuk setiap ayah-bunda, berikut enam cara mendidik anak ala Rasulullah:
Pertama mengenalkan Allah sejak dini, yaitu dari bayi hingga dewasa. Mengenalkan ketauhidan, siapa Allah dan tujuan Allah SWT menciptakan manusia.
Kemudian senantiasa membangun karakter sejak dini, seperti membentuk aqidah dan keimanan yang menjadi tonggak awal sukses dan tidaknya anak-anak ke depannya. Allah berfirman:
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika ia memberi pelajaran kepadanya, ‘Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar.’” (QS .Luqman: 13)
Kedua, mengajarkan pendidikan agama dan akhlak (moral). Nabi Muhammad memberikan tauladan dan petunjuk, baik teguran ketika seorang anak yang telah berbuat kesalahan, serta memberi pujian jika itu baik.
“Nabi mengajarkan anak-anak beliau akhlak karimah, Akhlak terhadap Allah dan akhlak terhadap sesama manusia, termasuk kepemimpinan, kesabaran dan kesederhanaan hidup,” ujar Ainul.
Rasulullah SAW, bersabda:
قَالَ النَّبِيُّ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: {مَا نَحَلَ وَالِدٌ وَلَدَهُ أَفْضَلَ مِنْ أَدَبٍ حَسَنٍ}.
Artinya: “Tidak ada pemberian seorang ayah untuk anaknya yang lebih utama dari pada (pendidikan) tata krama yang baik.” (HR. Imam At-Tirmidzi – Imam Al-Hakim)
Ketiga, mengajarkan tanggung jawab dan amanah, seperti menjalankan tugasnya sebagai manusia yakni dengan melaksanakan perintah Allah, sejak dini mengajarkan salat dan kewajiban kewajiban lainnya.
Rasulullah SAW bersabda:
مُـرُوْا أَوْلاَدَكُمْ بِالصَّـلاَةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ، وَاضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا، وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ، وَفَرِّقُوْا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ.
Arti sabda tentang mendidik anak itu yakni: “Suruhlah anak kalian salat ketika berumur 7 tahun, dan kalau sudah berusia 10 tahun meninggalkan salat, maka pukullah ia, dan pisahkanlah tempat tidurnya (antara anak laki-laki dan anak wanita)”. (HR Abu Dawud)
Keempat, limpahkan kasih sayang sebaik mungkin. Ajarkan keterbukaan dalam komunikasi dan informasi dalam segala aspek kehidupan, sehingga Anak merasa nyaman ketika berhadapan dengan orang tuanya.
Kelima, ajarkan memilih kawan yang baik. Tumbuhkan lingkungan yang sehat, dan penuh kebahagiaan sehingga akan tercipta generasi yang kuat. “Nabi Muhammad dari mulai kecil berada di lingkungan yang baik, lingkungan yang sehat lahir dan batin di tengah degradasi moral kaum Quraisy pada waktu itu,” tuturnya.
Hal ini juga dijelaskan dalam riwayat hadist, Rasulullah SAW bersabda:
اَلرَّجُلُ عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ.
Artinya: “Seseorang bergantung pada agama temannya. Maka hendaknya ia melihat dengan siapa dia berteman,” (HR Imam .Abu Dawud-Imam Ahmad)
Keenam, para orang tua jangan pernah lupakan berdoa dan memohon kepada Allah SWT untuk anak-anaknya yang terbaik. “Jangan tanggung-tanggung ketika meminta kepada Allah buat anak-anak tercinta,” katanya.
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي ۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ
Robbi ja alni muqimas sholati wa min dzuriyyati, robbana wa taqobal doa, Robbannagh firli wa li wa li dayya wa li jamiil mukminina yauma yaqumul hisab“
Artinya: “Ya Tuhanku jadikanlah aku dan anak cucuku orang–orang yang tetap mendirikan salat. Ya Tuhanku, perkenankanlah doaku , ya Tuhanku beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan seluruh orang mukmin, pada hari terjadinya hisab” (QS Ibrahim; 40-41).
Kesalehan Rasulullah memang patut ditiru, khususnya dalam mendidik anak. Meskipun Nabi Muhammad lebih banyak diasuh dari tangan satu ke yang lain, dari kakeknya hingga pamannya, dari satu susuan ke susuan lain, namun mereka semua terpilih, baik akhlak sekaligus moralnya.
“Sehingga secara lahir Nabi tidak pernah kekurangan kasih sayang, walaupun tidak diasuh langsung kedua orangtua, dan secara batin Nabi terjaga dari kemungkaran serta kontaminasi orang-orang berakhlak tercela, imunitas jasmani dan rohani Nabi terjamin suci,” pungkasnya.
penulis : Novie Fauziah